oleh Lady Sion
Aku rindu tinggal di kampung.
Bukan sebuah kampung yang lain,
tetap kampung ini.
Namun kampung tersebut kini telah berganti, berubah wujud, menjadi sebuah kompleks terkungkung dalam kotak elektronik besi berkaca.
Aku rindu ketika…
Kebersamaan menghangatkan dan menyatukan,
yang kini telah kalah oleh jari-jari yang hanya sibuk dengan kotak itu.
Aku rindu ketika…
Kebersamaan yang saling mendukung yang kini telah sirna oleh individualisme, nyinyiran, dan cemoohan.
Aku rindu ketika…
Kejelasan pembicaraan kita yang mampu menyatukan,
namun telah pupus oleh salah paham karena kesalahan ketukan jari jemari kita.
Aku rindu ketika…
kita saling silaturahmi dari rumah ke rumah
bukan sekedar obrolan dari kontak nomor yang satu ke nomor yang lain.
Aku rindu ketika…
kita saling bersolek diri secara wajar
bukan sekedar polesan kecanggihan sebuah aplikasi.
Aku rindu ketika…
kita saling jujur, terbuka, obyektif
bukan mengabarkan sebuah kepalsuan, hanya untuk sekedar pencitraan semu.
Aku rindu…
sebuah kesederhanaan diri
Tapi semua telah kalah oleh narsisme, hedonisme, eksisme dan seksisme.
Entah kapan harapan akan kerinduan itu terwujud,
sebab ku sadar kenyataan ini telah menyatu di kehidupan
tak mampu kita hilangkan, tak mungkin kita musnahkan.
Namun yang jelas,
Aku benar-benar rindu…
Tretes, Radite Umanis 28 Oktober 2018.