oleh Lady Sion
Tergores pilu dalam pelukan bunda Uis Afu
Bagaskara merana dalam beku pagi
Dinda ratih membisu di kelamnya malam
Tiada berarti hanya menghitung hari
Ada banyak masygul membayangi diri
Ada banyak cekam menghantui diri
Dunia hening…
Dari balik pilar gubuk,
Terlelap dalam ketidakpastian.
Semadi dalam bilik sunyi
Menggores kerja keras dalam hunian
Menyalurkan pemikiran dengan karya tanpa henti.
Di relung atma
Tersimpan luka dalam duka
Terasa sesak dada
Raga lemas seolah tak berdaya
Tercekat perih organ nafas
Mata memerah dan terasa panas
Tenggorok kering semakin menambah nyeri
Kepala sakit berat hingga tak kuat tuk rebah bahkan tak mampu berdiri
Sejengkal sakit ini menghantar nyawa pada gerbang maut.
Dari balik ventilator,
Kulantunkan ayat suci
Kugumamkan doa.
Sejenak berkontemplasi,
Sesaat bercermin
Kusapa antar kalbu pada langit,
wahai Sang Sumber, apakah Kau pun murung?
Melihat kami umatmu terseok nestapa pandemi global
Hingar tangis dalam setiap tembok ratapan,
setiap detik sukma tercabut.
Selamat jalan kawan, pergilah membawa jalan hidupmu
Semangat pengorbananmu kan menjadi penjuru bagi kami
Jasamu t’lah terlukis dalam prasasti kekekalan surga.
Acapkali kami hilang akal memaki,
apakah ini pemberlakuan hukum rimbaMu?
Sebab bisa saja Kau lelah
Dengan kami para insan keji
Dengan kami para makhluk penuh hipokrisi
Dengan kami yang sibuk berkonspirasi.
Andaikan shyam sunyi ini dapat berbicara dan mengungkap,
Ada apa di balik semua ini?
Dan, kapankah kita mampu bertahan?
Cukup !
Kami t’lah bosan dalam irama takdirMu
Kami t’lah lelah dengan bertubi-tubi cobaan dunia.
Namun…
Dalam dunia hening,
semakin tak padam koneksi padaMu,
semakin meresapi bisik lirih nasihatMu,
Abaikan penghakiman
Hilangkan kegamangan
Kesampingkan curiga
Tinggalkan murka sesaat
Jemputlah harapan
Tumbuhkan kebahagiaan
Ulurkan bantuan
Lantunkan doa.
Satukan jiwa dalam Kekosongan Absolut
Sebab duka saudara suka
Keluarga sampurnaning hurip
Rumah kekosongan yang lampaui definisi rasa, benih segala yang ada.
Tak guna menangis
Tak guna masygul
S’mua kan berlalu
Bumi tersembuhkan
Bumi terberkati.
Dari balik kain penutup,
Ku bergumam doa
Tuhan tolonglah, Tuhan tolonglah
Berkati para ahli,
Dengan kemampuan dan kecakapan menciptakan formulasi penyembuh
Berkati kami,
Dengan kesabaran dan kesadaran mematuhi protokol kesehatan
TanpaMu semua kan binasa kelak.
Dari dunia hening,
Ku panjatkan afirmasi,
Jangan kau sia-siakan
Jangan kau mungkar
Akan nikmat anugerahNya,
Yakni kuil jiwa ragamu sendiri.
Malang, Buda Kliwon 25 Maret — Respati Pon 7 Mei 2020.