Yang Lebih Penting dari Politik adalah Kemanusiaan

Lady Sion
5 min readJun 7, 2020

--

Selamat Ulang Tahun ke 71, Gus

oleh WS. Budi S.T.

Ketika orang-orang diam saja,

Engkau sudah berbicara,

Kala orang mulai berwacana

Dikau telah berbuat nyata

Dan saat orang ikut-ikutan

Sampeyan berani pasang badan

Hati nurani sampeyan begitu peka

Pada setiap ketidakadilan

Secara spontan sampeyan membela,

Dengan ikhlas penuh ketulusan.

Pak Budi Krisyanto selaku pembaca puisi di acara tersebut.

Gus,

Andai sampeyan masih masih di Ciganjur,

Usia sampeyan tepat tujuh satu,

Kita bisa makan bareng tumpengan,

Dan Bu Sinta cium pipi kiri dan kanan.

Namun kini sampeyan sudah pindah,

Ke rumah asri Gusti Allah,

Apakah di sana ulang tahun dirayakan?

Dan handai-taulan ramai berdatangan?

Gus,

Sedang apa sampeyan sekarang?

Atau asyik berbincang-bincang?

Dengan proklamator dan para pahlawan?

Gus,

Sedang apa sampeyan sekarang?

Duduk santai sambil sarungan?

Atau asyik berbincang-bincang?

Dengan proklamator dan para pahlawan?

Gus,

Tolong diskusikan masa depan negeri ini,

Dengan seluruh pahlawan negeri.

Sampaikan resep yang mujarab,

Agar para elitenya sadar bertobat,

Rakyatnya sehat berjiwa kuat,

Rohaniawannya ikhlas bermartabat.

Gus,

Sampaikan permohonan kepada Gusti,

Semoga anak-anak negeri ini,

Hidup lurus berbudi pekerti,

Bekerja keras setulus hati,

Rajin jujur dan mawas diri,

Giat belajar berjiwa besar,

Rukun harmonis penuh empati,

Tahu malu anti korupsi.

Semoga Kebajikan Tuhan merakhmati,

Shanzai,

Amen,

Sadhu-Sadhu-Sadhu,

Omitofo,

Rahayu-Rahayu-Rahayu,

Amiin, Amiin, ya Rabbal ‘Aalamiin.

Lukisan Gus Dur oleh Andre Tanama

“Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan”. Demikian nasihat Gus Dur kepada siapapun yang telah berkuasa dan bahkan yang akan berebut kuasa. Teringat akan narasi pengantar di salah satu serial anime One Piece karya Eichiro Oda, yang berbunyi “Kekayaan, ketenaran, kekuasaan. Pria yang telah memperoleh segalanya itu di dunia ini, Raja Bajak Laut, Gol D. Roger!”. Kata-kata itulah yang membuat orang seluruh dunia tergerak mengarungi lautan. Era bajak laut terbesar pun dimulai.

Haul Gusdur ke 9 di GKJW Probolinggo

Begitulah sekelumit kisah pengantar dalam film tersebut. Kita pun teringat akan prinsip yang pernah dilontarkan tokoh Kapten Jack Sparrow dalam film Pirates of Caribbean “Lautan mungkin sangat kejam, tapi aku adalah Kapten ! Tak peduli betapa sulitnya, saya akan selalu menang.”

Ya menjadi bajak laut tangguh, memiliki segalanya, dan berhasil menemukan atau memenangkan perebutan harta karun di tengah berbagai rintangan bahkan ganasnya lautan menjadi prasyarat mutlak bagi mereka yang ingin menjadi orang nomor wahid di lautan hingga mendapat gelar ‘Kapten’.

Kompetisi menjadi para kapten atau orang-orang nomor wahid juga terjadi di Tanah Nusantara dalam periode satu tahun ini. Puncaknya adalah tanggal 19 April 2019 kemarin. Biasa dijuluki sebagai tahun politik. Adalah saat di mana merupakan pesta demokrasi bagi bangsa Indonesia.

Pertama, Pilkada serentak yang akan mengerahkan segenap strategi pamungkas untuk memenangkan ambisinya. Kedua, para parpol juga mempersiapkan untuk menyosong Pilpres 2019. Berkompetisi menjadi “raja” tidak sehitam putih pilihan ganda Ebtanas. Tetapi ada gejolak dan dinamika yang menyertainya. Artinya, bukan hanya soal yang menjalankan roda pemerintahan bagi yang menang dan legowo menerima kenyataan bagi yang kalah. Bukan rahasia lagi jika ternyata ada sekian kontrak dan kesepakatan, bahkan sandiwara politik yang terlibat di dalamnya.

Melihat bahwa tahun 2018 hingga 2019 merupakan tahun politik, kita diingatkan akan pesan KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur menyatakan bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan itulah yang selalu menyertai di setiap derap langkah hidupnya, termasuk dalam berpolitik. Sefenomenalnya kebijakan yang beliau terapkan, hampir bisa dipastikan mengandung nilai kemanusiaan. Selain itu, nilai — nilai kemanusiaan Gus Dur tersermin dalam demokrasi yang beliau perjuangkan. Demokrasi yang memanusiakan manusia.

Nilai-nilai kemanusiaan itulah yang semestinya mengalir dalam nadi perpolitikan kita. Jangan sampai tahun politik ini terjerumus dalam pusaran setan yang bernama kebencian yang rentan dijadikan umpan politik. Apalagi jika sampai memberangus semangat toleransi dan nilai-nilai kemanusiaan yang telah diwariskan oleh para pendahulu kita.

Senada dengan pendapat para saudara saudari kita dalam organisasi Gus Durian yang diundang pada Acara Haul Gus Dur ke 9 pada tanggal 26 Januari 2019. Mengambil tema Yang Lebih Penting Dari Politik Adalah Kemanusiaan, mereka turut mengungkapkan bahwa dalam sebuah kompetisi untuk menduduki suatu jabatan dalam suatu instansi hingga negara adalah tidak penting apa agamamu, berasal dari daerah manakah kamu, dari suku apa jika kau mampu melakukan sesuatu yang berguna dan berdampak positif bagi semua orang, maka mereka tidak akan pernah bertanya apa identitasmu terutama agamamu.

Sebab yang terpenting sebagai seorang pengayom masyarakat bukan hanya perkara ambisi dan pencapaian semata melainkan bagaimana kita memanusiakan masyarakat serta berprinsip bahwa jabatan itu adalah sebuah amanah. Perlu digaris bawahi pula bahwa pemimpin adalah citra Sang Maha Kuasa sebagaimana Dia tidak membeda-bedakan umatnya dan membimbing kepada jalan kebenaran.

Akhir kata, melalui refleksi Haul Gusdurian ke 9 kami mendapatkan sebuah pegangan untuk senantiasa diresapi dan diimplementasikan dalam kehidupan yakni “Toleransi adalah nafas kemanusiaan dan merupakan hal yang penting dalam kehidupan”.

Galeri 1
Galeri 2
Galeri 3
Galeri 4
Karena sejatinya kita satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia.

Review Peringatan HAUL Gusdurian ke-9 oleh Lady Sion bersama Tim Redaksi GKJWPRO.

--

--

Lady Sion
Lady Sion

Written by Lady Sion

Jika tulisan adalah fisiknya,maka pikiran adalah ruhnya.Jika kerja adalah raganya,maka karsa adalah jiwanya.Jika karya denyut nadi,maka rasa sebagai nyawanya.

No responses yet